Selasa, 10 Mei 2011

mengenangnya

5 desember 1997
apabila seperti hari/tanggal lain
hari itu sudah semestinya semakin tidak lagi berbekas
jika saja sebuah peristiwa tidak menandai perbedaan dengan hari/tanggal lainnya

hari itu,
semua orang ramai memenuhi kediamanku yang kecil
di tengah keramaian itu,
ada seseorang yang tengah "dipersiapkan"
(baru tahun-tahun berikutnya kutahui itulah prosesi mengkafani)

"cium mama neng..."

bergantian kami, tiga bersaudara, memberikan ciuman
(yang baru kutahui belakangan, bahwa itu adalah salam terakhir untuk perpisahan yang panjang)

tidak ada air mata saat itu.
tidak juga muncul rasa sakit di dada.

berbeda dengan tahun-tahun berikutnya
(saat peristiwa itu justru sudah terlampaui)

air mata seringkali menetes,
dan saat itu maka dada seakan terasa penuh sesak.

ya rabbiiiii...
semoga Engkau selalu melembutkan hati ini,
untuk selalu mengingat dan mengenangnya
sehingga tentunya sering mengirimnya sepucuk pesan rindu
dalam bungkus doa yang panjang:
"ampunilah semua dosa-dosanya,
terimalah amal ibadahnya,
tempatkan ia di tempat terbaik,
jauhkanlah ia dari siksa kubur, apalagi siksa api neraka
dan pertemukanlah kami (kelak) di hari akhir dengan penuh kebahagiaan"

amin.

(dan untuk sesaat, sesak itu pergi beserta doa panjang)

betul: saya sangat senang jika harus mengenalmu sebagai teman

2006--
ini adalah tahun pertama program pembelajaran intensif dimulai
saat ini saya berusia 21 th.
artinya, ini tahun ketiga sejak terakhir saya masih dikenal sebagai siswa
namun begitu, sekarang saya sudah mulai menapaki jejak lain sebagai mantan siswa  d sekolah ini
saya datang sebagai pengajar, namun saya masih muda
belum lagi saya juga belum merampungkan kuliah saya
tapi, karena itu pula, saya masih merasa belum begitu berjarak dengan calon-calon siswa saya
maka saya biarkan mereka tetap menganggap dan memanggil saya kakak
saya merasa sangat nyaman dengan itu
saya bahkan seringkali bermalam dan tidur seranjang dengan mereka--yang memanggil saya kakak
sekali lagi: saya merasa sangat nyaman


2007--
tahun kedua ini saya lalui, mereka yang kemarin-kemarin memanggil saya kaka sudah tergantikan
tapi, saya masih jadi kakak mereka
dan saya juga membiarkan pengganti mereka memanggil saya dengan kakak
saya sungguh merasa nyaman
dan saya masih sama seperti tahun sebelumnya. hanya datang sesekali, saat pelajaran akan berlangsung

2008--
di tahun ini saya lulus dan mendapat gelar sarjana
tapi saya tetap ingin semua dari mereka memanggil saya kakak
saat itu, penghujung tahun, saat paman saya berpulang
karena itu, beban mengajar itu kini bertambah
tapi mereka tetap kuminta memperlakukanku sebagaimana seorang kakak
meski kakak yang sangat cerewet tentunya
dan saya semakin menjadi cerewet lantaran dibebani oleh keharusan menjaga mereka
bukan hanya sebagai kakak, tapi lebih jauh: sebagai seorang dewasa
mengatur dan memmberi orang banyak aturan

2009-2010--
tahun-tahun ini, semakin berat
saya bukan lagi kakak seperti dulu, waktu pertama kali belajar mengajar d tahun 2006
tidak jarang saya merasa bergidik kala ada sebagian dari mereka memanggil saya ibu
mulai denga mengajar, kemudian menjaga, saya pada akhirnya masuk pada sistem pendidikan formal mereka
saya masih menginginkan mereka memanggil saya  kakak
tapi mulai banyak yang memandang saya sebagai sosok yang benar-benar dewasa
memberi arahan, didikan, bahkan aturan
mulai banyak yang melupakan bahwa saya juga dahulu berasal dari tempat ini
dan kemudian membanding-bandingkan saya dengan orang-orang muda yang nampak masih begitu "longgar"
tanpa embel-embel: dia itu sekarang guru, mereka tetap diperlakukan sebagai kakak

2011--
jadi pengajar, pembina, sudah cukup menentukkan posisi saya
tapi
tahun ini, kemudian juga bertambah saya mendapat tempat sebagai pemutus kebiajakan
sejujurnya, itu bukan hal yang sangat menggembirakan
dilihat dari sudut tertentu: saya semakin dicitrakan sebagai orang dewasa
yang memberikan aturan
hal itu tentu semakin melunturkan citra kakak yang selama ini saya bangun
lihat saja, sudah begitu banyak yang memanggil saya dengan sebutan ibu



-- saya bukan mau menyiasati hidup dengan membangun citra gadis muda sepanjang hidup lewat sapaan kakak.
hal ini lebih karena saya terus berangan agar masih ada orang-orang yang memahami dan memandang saya sebagai orang biasa yang kemudian terikat dan berada dalam lingkaran aturan yang harus saya  jalankan dan saya terapkan pada orang lain.
saya terus berangan "andai saja setiap orang yang baru mengenal saya justru melihat saya sebagai bukan siapa-siapa, hanya seorang teman, bukan sebagai "pengatur".
sehingga, semuanya pasti terlihat lebih menyenangkan.

betul: saya sangat senang jika harus mengenalmu sebagai teman.
karena dengan begitu, mungkin kalian akan lebih menerima saya dibandingkan sekarang.
namun bagaimanapun, saat ini saya kadung berada dalam lingkaran itu
dan saya pasti akan nampak rumit dengan seabreg aturan yang ada
semoga kalian lambat laun memahaminya.
seperti juga halnya saya selalu belajar memahami diri saya yang sekarang ini.

Minggu, 08 Mei 2011

kilau mega di penghujung hari

Semburat emas awan oleh sinar matahari yang hampir padam
selingannya merupakan langit biru yang kian pupus;
siap digantikan pekat malam tenang 
seperti ada padanya kebebasan,
bahagia untuk sesuatu yang kekal

aku cemburu tentu,
betapa kemilau itu begitu menyimpan keceriaan yang meletup-letup
yang tidak peduli akan datang padanya gelap petanda tibanya malam

sekali lagi, aku dibuatnya iri bukan kepalang
kilau mega di penghujung hari
(petang; dalam perjalanan 2011)